Nugroho, Farhan and Tisnawati, Endah (2022) KAJIAN KESENIAN REOG PONOROGO DALAM KERANGKA ARSITEKTURAL. Tugas Akhir thesis, University of Technology Yogyakarta.
Text
ABSTRAK-5150911177-FARHAN NUGROHO.pdf Download (17kB) |
Abstract
Suatu cara hidup yang terdapat pada sekelompok manusia dan telah berkembang serta diturunkan dari generasi ke generasi disebut dengan budaya. Salah satu budaya yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia dan tidak akan tergantikan adalah Kesenian Reog Ponorogo. Reog Ponorogo berasal dari Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur yang sejak dahulu digunakan sebagai sarana hiburan rakyat dituangkan dalam bentuk tarian tradisional dengan jumlah karakter sebanyak 5 penari. Masing-masing karakter memiliki identitas yang menjadi ciri khas, baik visual maupun pesona. Dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya menyatakan bahwa pelestarian budaya penting sebagai identitas jati diri, unik, langka, dan tidak tergantikan. Pelestarian kebudayaan dapat diimplementasikan dalam banyak bidang. Salah satunya adalah dalam bidang arsitektur. Budaya dapat memberikan sentuhan pada setiap karya arsitektur seperti memberikan makna tersendiri yang akan menjadikan bangunan memiliki jiwa. Keindahan budaya dapat diimplementasikan dalam kerangka arsitektural dengan menerapkannya di berbagai objek pada desain area landscape, desain arsitektur bangunan, dan desain ruang dalam (interior). Pada area landscape, dapat diterapkan pada objek-objek seperti taman, kolam, dan ruang-ruang luar. Pada arsitektur bangunan, dapat diterapkan pada objek-objek seperti pada desain naungan, tegakan, dan landasan. Sementara pada ruang dalam dapat diterapkan pada ceiling, partisi, dan lantai ruangan. Culture is a way of life that exists in a group of humans and has developed and passed down from generation to generation. One of the cultures owned by the Indonesian people and will not be replaced is the Reog Ponorogo Art. Reog Ponorogo comes from Ponorogo Regency, East Java, which has long been used as folk entertainment, poured in traditional dances with five dancers. Each character has an identity that is characteristic of both visuals and charm. In-Law Number 11 of 2010 concerning Cultural Conservation, it is stated that cultural preservation is vital as identity, unique, rare, and irreplaceable. Cultural preservation can be implemented in many fields. One of them is in the field of architecture. Culture can give a touch to every architectural work, giving its meaning to make the building have a soul. Cultural beauty can be applied in an architectural framework to various objects in landscape area design, building architectural design, and interior design. It can be applied to objects such as gardens, ponds, and outdoor spaces in the landscape area. In building architecture, it can be applied to objects such as the design of the shade, stands, and foundations. While in the interior, it can be applied to the ceiling, partition, and floor of the room.
Item Type: | Thesis (Skripsi, Tugas Akhir or Kerja Praktek) (Tugas Akhir) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Culture, Art, Reog Ponorogo,Budaya, Kesenian, Reog Ponorogo |
Subjects: | N Fine Arts > NA Architecture |
Divisions: | Fakultas Sains dan Teknologi > S1 Arsitekur |
Depositing User: | Kaprodi S1 Arsitektur UTY |
Date Deposited: | 06 Oct 2022 03:37 |
Last Modified: | 06 Oct 2022 03:37 |
URI: | http://eprints.uty.ac.id/id/eprint/10582 |
Actions (login required)
View Item |