PENGENDALIAN BANJIR SUNGAI BABON KOTA SEMARANG JAWA TENGAH FLOOD CONTROL OF BABON RIVER, SEMARANG CITY, CENTRAL JAVA

Susetyo, Welly Angga and Utomo, Puji (2019) PENGENDALIAN BANJIR SUNGAI BABON KOTA SEMARANG JAWA TENGAH FLOOD CONTROL OF BABON RIVER, SEMARANG CITY, CENTRAL JAVA. Tugas Akhir thesis, University Technology Yogyakarta.

[img]
Preview
Text
Welly Angga Susetyo_5140811256_Abstrak.pdf

Download (90kB) | Preview

Abstract

ABSTRAK Dari beberapa kota besar di Indonesia, Semarang adalah salah satu kota yang kerap dilanda banjir. Masalah banjir yang ada di Semarang ini adalah banjir yang diakibatkan penurunan fungsi sungai yang ada. Salah satu sungai yang mengalami permasalahan tersebut yaitu Sungai Babon. Sungai Babon termasuk dalam DAS Dolok-Penggaron dengan panjang sekitar 17,00 km yang dimulai dari hilir Bendung Pucang Gading hingga ke muara. Berdasarkan data BPBD Kota Semarang, Sungai Babon di bagian hilir merupakan daerah yang rawan banjir akibat rob dan luapan sungai. Hal ini disebabkan karena penampang sungai yang sudah tidak mencukupi dan sedimen yang tinggi sehingga pada saat musim hujan sungai tidak dapat menampung air dan meluap membanjiri pemukiman dan mengganggu akses Jalan Pantura. Lokasi dalam penelitian ini dimulai dari hilir Sungai Babon yang berada di Desa Trimulyo, Genuk, Kota Semarang sampai pada hulu Sungai Babon yang berada di Desa Plamongan Sari, Pedurungan Kota Semarang dengan panjang sungai yang ditinjau ± 17,00 km. Analisis dalam penelitian ini menggunakan data curah hujan mulai tahun 2001 sampai tanhun 2016 (16 tahun). Metode yang digunakan untuk perhitungan debit bajir adalah HSS Nakayasu dan pemodelan banjir menggunakan HEC-RAS 5.0.3. Hasil analisis menggunakan metode HSS Nakayasu didapatkan debit banjir rencana kala ulang 50 tahun yang mengalir di Sungai Babon sebesar 210,194 m³/detik. Berdasarkan simulasi pemodelan HEC-RAS 5.0.3 menunjukan bahwa terjadi limpasan sepanjang 8000 m dari muara Sungai babon. Penanganan yang dilakukan dalam upaya untuk mengendalikan banjir dipilih 2 metode struktural, yaitu dengan normalisasi dan pembuatan tanggul. Pengendalian banjir dibagi menjadi 2 segmen dimana untuk segmen 1 dilakukan normalisasi berbentuk trapesium dengan lebar 56 meter dan tinggi 4 meter sepanjang 3000 meter. Untuk segmen 2 dilakukan normalisasi dan pembuatan tanggul. Normalisasi direncanakan menggunakan penampang berbentuk trapesium dengan lebar 45 meter dan tinggi 4,5 meter sepanjang 5000 meter, sedangkan untuk pembuatan tanggul, direncanakan tanggul dengan ketinggian 1,5 meter. Dari hasil simulasi setelah direncanakan pengendalian banjir didapatkan sudah tidak terjadi lagi limpasan di Sungai Babon. Kata kunci: Banjir, Normalisasi, Pembuatan Tanggul, Sungai Babon. ABSTRACT From several big cities in Indonesia, Semarang is one of the cities that is often hit by floods. This flood problem in Semarang is a flood caused by a decline in the function of the existing river. One of the rivers that experienced this problem was Babon River. Babon River is included in the Dolok-Penggaron watershed with a length of about 17.00 km starting from the downstream of Pucang Gading Dam to the estuary. Based on the data from the Semarang BPBD, the Babon River in the lower reaches is a flood-prone area due to river and overflow. This is due to the inadequate cross section of the river and high sediment so that during the rainy season the river cannot hold water and overflows flooding settlements and disrupting access to the Pantura Road. The location in this study starts from the downstream Babon River in Trimulyo Village, Genuk, Semarang City, up to the Babon River upstream which is in Plamongan Sari Village, Pedurungan, Semarang City with a river length of ± 17.00 km. The analysis in this study uses rainfall data from 2001 to 2016 (16 years). The method used for calculating flood discharge is Nakayasu HSS and flood modeling using HEC-RAS 5.0.3. The results of the analysis using the Nakayasu HSS method found that the planned 50-year return period of flood discharge on the Babon River was 210,194 m³ / second. Based on the modeling simulation HEC-RAS 5.0.3 shows that runoff occurs as long as 8000 m from the mouth of the Babon River. Handling carried out in an effort to control floods was chosen by two structural methods, namely by normalizing and making embankments. Flood control is divided into 2 segments where for segment 1 the trapezoidal normalization is 56 meters wide and 4 meters high and 3000 meters wide. For segment 2, the embankment is normalized and made. Normalization is planned to use a trapezoidal cross-section with a width of 45 meters and a height of 4.5 meters along 5000 meters, while the embankment is planned to have a height of 1.5 meters. From the simulation results after planned flood control, it was found that there was no more runoff on Babon River. Keywords: Floods, Normalization, Making Embankments, Babon River.   DAFTAR RUJUKAN Hendrasari, R. S. 2012. Model Aliran Steady Non Uniform Studi kasus pada sungai Bedog Daerah Istimewa Yogyakarta. Inersia. Vol. VIII No.1 PT. AMT Consultants. 2017. Laporan Akhir Pekerjaan Penyusunan Detail Desain Pengendalian Banjir Sistem Dolok Penggaron. Semarang Sosrodarsono, S., dan Takeda, K. 1977. Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta : Pradyna Pramit. Triatmodjo, B. 2008. Hidrologi Terapan. Yogyakarta : Beta Offset. US Army Corps of Engineers Hidraulogic Engineering Center. 2010. User’s Manual HECRAS, USA.

Item Type: Thesis (Skripsi, Tugas Akhir or Kerja Praktek) (Tugas Akhir)
Subjects: T Technology > TA Engineering (General). Civil engineering (General)
Divisions: Fakultas Sains dan Teknologi > S1 Teknik Sipil
Depositing User: Kaprodi S1 Teknik Sipil UTY
Date Deposited: 31 Jul 2019 04:55
Last Modified: 31 Jul 2019 04:55
URI: http://eprints.uty.ac.id/id/eprint/3280

Actions (login required)

View Item View Item